6:45 PM

Kelingan Lamun Kelangan

Tiba-tiba kalimat itu menggoda Erte Kacrut untuk balik eksis ke dunia yang sempat membuatnya tiarap seperti tanpa harap. Begitu lama ia berlindung di balik rasa kehilangan. Kehilangan orang yang menjadi penyangga atas kekuatan batiniyah dan ruhiyahnya. Kini ia merasa, bak sepeda motor tanpa standar dua. Tinggal standar satu saja... sehingga, kalaupun parkir, pasti miring!

Kelingan lamun kelangan...

Itu judul pertunjukan Ki Slamet Gundono dengan wayang suketnya. Dengan nakal, dalang yang berbobot 150 kg, itu menggubah lakon Karna Tanding atau Banjaran Karna dalam epos Mahabharata. Dalang asal Slawi yang kini menetap di Solo itu hanya ingin menyentil ketololan manusia yang kerap menyesal di belakang dalam setiap persoalan.

Erte Kacrut merasa tertampar habis-habisan...

Berkali-kali dalam berbagai kesempatan, ia hanya merasa kehilangan bila diingatkan. Ya, baru merasa kehilangan. Kehilangan kesempatan, manakala kesempitan sudah datang berhadap-hadapan di depan pintu dengan gagah beraninya. Sehingga tak ada lagi ketenangan akal pikiran. Semuanya menjadi terburu-buru. Grusa-grusu...

Selalu begitu kecenderungannya, teringat bila kehilangan...

Kehilangan waktu, kehilangan kepercayaan, kehilangan cinta... Erte Kacrut sadar, cinta dan mencintai seharusnya memboboti dengan keinginan dan komitmen untuk terus mengingatkan. Mengingatkan pada komitmen untuk tidak lupa... Walaupun ada tanggung jawab personal sebagai manusia yang punya cinta, untuk tidak terus menerus diingatkan!

”Silakan asyik, asal ingat kalau keasyikan tidak pernah memberi tanda kalau kita sudah lupa banyak hal...” begitu Erte Kacrut mengigau dalam catatan Dul Kenyut.

Ah, Erte Kacrut rupanya lupa, kalau dunia penuh keasyikan, selain juga penuh ketololan dan kenarsisan.

0 komentar:

Post a Comment