6:46 PM

~ Lu Emang nggak Asik, Coy… (2)

Erte Mbambung lagi sensitif. Mungkin mau datang bulan ya… Eitz, tentu saja bukan. Nanti geger dunia, ada cowok datang bulan! Nyalahi kodrat, bikin gunung, laut dan isi bumi muak dan muntah. Karena justru setiap kali Bulan, cewek semampai anak kuliahan yang sedang riset untuk tugas akhirnya di Kampung Kacrut datang, senyum erte kacrut melebar ke mana-mana. Rembes kayak talang bocor bikin orang geli melihatnya.

Jadi yang bikin Erte Mbambung kesel itu apa ya?

Dul Kenyut terus mengusut. Berlagak seperti detektif, seperti wartawan investigasi. Pokoknya segala yang berbau pelacakan dia lakukan. Mencari sumber sensitifitas Erte Mbambung. Ada banyak kemungkinan, menurut analisa Dul Kenyut. Pertama, sekarang dia sering pergi, ikut test calon pegawai negeri di berbagai departemen dan pemerintah daerah. Namanya juga usaha, masak nggak ada yang nyangkut....

Kedua, Erte Mbambung lagi banyak pikiran. Wajar lah kalo bikin dia jadi senewen. Tapi aneh juga kalau orang model dia senewen apalagi sampai stres! Pasti bukan itu. Dua hal ini, gugur. Karena begitu Dul Kenyut tanya, apakah karena dia sering nggak datang, jadi bikin sensi.

”Justru lu harus nyoba,” katanya. Kalau lulus berarti bagus, kalau nggak berarti banyak orang yang kualitasnya lebih bagus dari dirinya. Sialan banget tuh erte! Mau ngatain aja bahasanya setinggi pohon kelapa.

Jangan-jangan ada ketegangan hubungan dengan pihak suplaier perutnya, Emak Eroh dan Sumi Similikiti seperti perang Korea... Ternyata, juga bukan. Erte Mbambung mengklarifikasi dengan baik sekali. Urusan logistik beres, nggak ada masalah...

Terus apa dong?

Erte Mbambung nunjuk seseorang! Ups! Itu kan mahasiswa, lagi riset juga, kayak si Bulan. Kenapa jadi masalah! Wah harus diekplorasi lebih lanjut nih. Daripada Kampung Kacrut kehilangan ruh-nya erte kacrut. Jangan sampai senyum dan canda erte edun itu dirampok oleh orang nggak bertanggungjawab.

”Gila nggak sih, Dul... Empat hari! Lu itung, empat hari...”

Omongannya ditekan-tekan! Kayaknya dia kesel banget!

”Kenapa, Te? Empat hari kenapa?”

”Si Bulan udah sampai ke mana tahu tuh risetnya, ealah... tuh temennya, si Panjul Oblag, malah nggak dapat apa-apa!“

”Kok bisa, Te?“

”Justru itu, omongan ama lagunya selangit, sepa! Eh, kerjaannya lebih sepa...!”

”Nggak beres gitu?”

”Otaknya nggak beres. Bisanya cuma copy paste! Calon intelektual apaan...”

Wah, parah kalau udah begini. Erte Mbambung marah beneran. Dia paling anti sama copy paste. Atau orang yang kerjaan ama omongannya nggak setimpal. Omdo! Omong doang, istilahnya. Gayanya pol, tapi isi otaknya bau ompol.

Nggak ada alasan yang bisa diadu argumentasinya, kalau sudah begini. Empat hari mondar-mandir, tanpa alasan, pasti bohong ke mana-mana tuh anak. Ke pihak kampus bilang kalau mau penelitian, sama orang rumah, bohong mau ke kampus dan penelitian. Sama emaknya yang mengandung hingga mbrojolin dengan taruhan nyawa, masih tega juga ngibulin. Dan selama empat hari itu juga, dia bilang sama erte kacrut nggak bisa datang karena kuliah. Eh, tapi kata Bulan, Panjul nggak ada di kampus!

Mohon maaf pembaca...

Segini aja ya... karena Erte Kacrut lagi sensi banget, takut kurang berkenan. Jadi yang penting jangan lupa bahwa Tuhan ada di mana-mana, jangan culas, jangan dusta. Hidup yang baik-baik saja, jangan menjilat, kayak ****ng aja. Tuhan ciptakan kita dengan kesempurnaan akal budi untuk kemuliaan dunia akhirat, maka berlakulah untuk kehidupan akhirat juga yang lebih kekal...

Semoga menginspirasi...

0 komentar:

Post a Comment